ANBK 2025: The Only Possible Non-Stop Flight - SMA Edu Global Bandung - Sekolah Unggulan Terintegrasi Cambridge Internasional

ANBK 2025: The Only Possible Non-Stop Flight

 

Gambar3: Sebanyak 15 siswa melaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) 2025 gelombang 2 hari ke-2 pada sesi 2 di SMA EDU Global Bandung di gedung baru di jalan Gatsu No. 32, Kota Bandung, Rabu (06/08/2025).

Mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak
Mari kita lepas, kita lepas jiwa mencari jadi merpati
Terbang
mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat
— the only possible non-stop flight
—Chairil Anwar, Buat Gadis Rasid

Masih bersangkut-pautkah sajak di tahun 1948 dengan kehidupan para siswa – pengalaman dan pembelajaran hidup – di era digital saat ini. Pada puisi Buat Gadis Rasid karya Chairil Anwar menggambarkan kontras antara keindahan alam dan kehidupan manusia dengan situasi yang keras dan penuh tantangan. Dalam puisi ini, penyair merenungkan tentang perubahan dan keragaman dalam kehidupan, serta menggambarkan perasaan pribadi yang kompleks. 

Kompleksitas dalam puisi tersebut pun dapat kita rasakan di abad Society 5.0, atau dalam bahasa Indonesia disebut Masyarakat 5.0 yang diusulkan menjadi konsep tatanan dunia baru. Sedikit trivia, dalam tatanan Masyarakat 5.0 mengutamakan integrasi kecerdasan buatan dan robotika yang termasuk salah satu bagian dari kecerdasan buatan yaitu machine learning.

Beragam tantangan terhimpun dan berkelindan setiap hari. Namun, tiap kali kita berbicara tentang sejarah, kita selalu membayangkan sebuah perjalanan panjang. Perlu banyak sekali kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Untuk berkembang di abad ke-21, siswa membutuhkan lebih dari sekadar pembelajaran akademis tradisional. 

Mereka harus mahir dalam kolaborasi, komunikasi, dan pemecahan masalah, yang merupakan beberapa keterampilan yang dikembangkan melalui Pembelajaran Sosial dan Emosional (SEL). Dipadukan dengan penguasaan keterampilan tradisional, kecakapan sosial dan emosional akan membekali siswa untuk berhasil dalam ekonomi digital yang berkembang pesat.

Pada tahun 2015, Forum Ekonomi Dunia menerbitkan sebuah laporan yang berfokus pada isu mendesak kesenjangan keterampilan abad ke-21 dan cara-cara untuk mengatasinya melalui teknologi (Visi Baru untuk Pendidikan: Membuka Potensi Teknologi). Dalam laporan tersebut, didefinisikan 16 keterampilan krusial untuk pendidikan di abad ke-21. Keterampilan tersebut mencakup enam literasi dasar, seperti literasi, numerasi, dan literasi sains, serta 10 keterampilan yang kami sebut kompetensi atau kualitas karakter. 

Kompetensi adalah cara siswa menghadapi tantangan yang kompleks; kompetensi tersebut mencakup kolaborasi, komunikasi, dan berpikir kritis serta pemecahan masalah. Kualitas karakter adalah cara siswa menghadapi lingkungan mereka yang berubah; kompetensi tersebut mencakup rasa ingin tahu, kemampuan beradaptasi, dan kesadaran sosial dan budaya.

Dalam laporan terbaru, visi baru untuk pendidikan: Membina Pembelajaran Sosial dan Emosional melalui Teknologi, menindaklanjuti laporan tahun 2015 dengan mengeksplorasi bagaimana kompetensi dan kualitas karakter ini lebih dari sekadar memperdalam keterampilan abad ke-21. Bersama-sama, keduanya merupakan inti dari SEL dan sama pentingnya dengan keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk pembelajaran akademis tradisional. Meskipun banyak pemangku kepentingan telah mendefinisikan SEL secara lebih sempit. 

Tapi benarkah? Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) mempersempit pembinaan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang mengacu ke dalam 16 kemampuan yang diusungkan oleh Forum Ekonomi Dunia. Mari kita membuat kesimpulan masing-masing karena memang setiap kebijakan oleh pemangku kepentingan selalu tidak selaras dengan hasil dan tujuan program setiap kali pelaksanaan di masyarakat, baik di sekolah negeri maupun swasta. 


Gambar2: Guru pengawas silang dari SMAN 19 Bandung saat mengawasi pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) 2024 di SMA EDU Global Bandung, Kota Bandung, Rabu (06/08/2025).

Seperti yang kita ketahui, Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) adalah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan. Asesmen Nasional dilaksanakan dengan 3 (tiga) instrumen yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM Literasi, Numerasi), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar (Sulinjar). 

Di SMA EDU Global Bandung sendiri, ANBK 2025 diselenggarakan mengikuti tahapan-tahapan yang telah ditetapkan oleh Kemendikbudristek. Sinkronisasi gladi bersih ANBK dilakukan dua hari di tanggal 30 – 31 Juli 2025, lalu pada minggu berikutnya pelaksanaan ANBK 2025 dilaksanakan pada tanggal 06 - 07 Agustus 2025 di gelombang 2 melalui 3 (tiga) sesi waktu pelaksanaan. 

Para peserta ANBK 2025 yang terpilih di SMA EDU Global Bandung adalah siswa kelas 11 yang telah dan wajib memiliki laporan penilaian hasil belajar semester 1 – 2  di kelas 10. Persyaratan itu telah mutlak ditetapkan oleh Kemendikbudristek, selain tidak memiliki hambatan intelektual dan membaca serta dapat mengerjakan ANBK secara mandiri. Maka terpilihlah 45 orang siswa-siswa sebagai peserta sampling dan 5 orang siswa-siswa sebagai cadangan. Mereka terbagi menjadi 3 (tiga) sesi pada hari ke-1 dan hari ke-2 yang masing-masing berjumlah 15 orang per setiap sesi. 
 
Di hari pertama, tanggal 06 Agustus 2025, seperti halnya gladi bersih ANBK 2025 yang dilaksanakan tanggal 30 Juli 2025, siswa-siswa SMA EDU Global Bandung mengerjakan soal-soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur literasi membaca, dan survei karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter murid di tempat mereka menimba ilmu dan pendidikan. 

Selanjutnya, di hari kedua tanggal 07 Agustus 2025 – gladi bersih di tanggal 31 Juli 2025, siswa-siswa SMA EDU Global Bandung mengerjakan literasi matematika (numerasi), dan Survei Lingkungan Belajar (Sulinjar) yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat satuan pendidikan.

Dalam pengerjaannya, para siswa mulai mengerti bahwa kegiatan literasi membaca dapat pula didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat, pada setiap butir soal objektif, seperti soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, soal menjodohkan, hingga soal isian singkat dan soal non-objektif berupa soal uraian. 

Serta mereka juga tahu bahwa literasi numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia. Di setiap butir soalnya, seperti bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, data dan ketidakpastian, pemahaman, aplikasi, penalaran, dan saintifik.
 
Alat ukur lain sebagai pelajar juga mereka ketahui dalam pemetaan dan pemetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan satuan pendidikan yaitu Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar). Sulingjar pun bertujuan untuk mengukur aspek-aspek lingkungan satuan pendidikan yang berdampak pada proses dan hasil belajar peserta didik. 

Pertanyaan dalam instrumen Sulingjar telah disesuaikan dengan perspektif masing-masing responden, yaitu pelajar itu sendiri. Bagaimana mereka merespon atau menjawab setiap pertanyaan mempengaruhi akurasi gambaran umum iklim belajar dan iklim satuan pendidikan. Hasil Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur literasi membaca, numerasi, survei karakter dan Sulingjar akan dilaporkan sebagai hasil satuan pendidikan, sekolah SMA Edu Global Bandung dan tidak dilaporkan sebagai hasil individu siswa tersebut. 

Selanjutnya hasil tersebut akan dijadikan sebagai bagian dari data profil pendidikan dan rapor pendidikan untuk masing-masing satuan pendidikan dan pemerintah daerah, yang memberikan gambaran kualitas/mutu pendidikan sekolah.

Dari uraian di atas tersebut, mari kita sama-sama simpulkan dalam kolom komentar yang tersedia dalam artikel ini; apakah benar Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) mempersempit pembinaan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang mengacu ke dalam 16 kemampuan yang diusungkan oleh Forum Ekonomi Dunia? Selaras ataukah tidak setiap pemangku kepentingan di tingkat global, negara, dan individu untuk menemukan solusi sebagai upaya yang kompleks, tetapi dapat dicapai, mengingat hambatan yang menghambat adopsi dan implementasi SEL dan pelaksanaan ANBK selama ini dalam agenda kita bersama.

Tak mudah, memang. Terutama saat masyarakat 5.0 mendesak dalam perubahan dan gemilangnya Akal Imitasi (AI) melanda kehidupan menjadi ketidakpastian nyata. Namun, seperti Chairil, kita pun dapat dengan cepat mengubah nada dengan menggambarkan situasi yang sulit dan keras, seperti angin tajam kering, tanah semata gersang, dan pasir bangkit mentanduskan. 

Ini menciptakan perasaan ketidakpastian dan kesulitan dalam kehidupan manusia menjadi perubahan, variasi, dan masalah yang kompleks menjadi kecil dalam proses dekomposisi murni. Sehingga sungguh sangat relevan apabila puisi di tahun 1948 ini diajukkan dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang sifat kontras dan perubahan dalam kehidupan manusia, serta aspirasi. 

Sumber: 
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. 2025. ADIKSIMBA ASESMEN NASIONAL. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Jakarta. 24 hal. 

World Economic Forum Project Team. 2016. New Vision for Education: Fostering Social and Emotional Learning through Technology. World Economic Forum Project Team, Boston University. 36 hal.

#ANBK2025 #Society5.0 #SMAEDUGLOBAL #FED2025
Kontributor foto : Hadi Subari, S.ST
Penulis : Hadi Subari, S.ST
Editor : -





Please write your comments
Get your future here!